CERPEN: TUKANG SAYUR ITU BERNAMA PLONK
CERPEN
TUKANG SAYUR ITU BERNAMA PLONK
Namaku Komarudin Pelang. Akan tetapi, biasanya saya dipanggil
Plonk. Saya dulunya adalah pembalap, akan tetapi sekarang saya menjadi drifter
dan mentor di MGKP Garage. Inilah kisah saya.
Saya dilahirkan di tahun 1980-an, dari keluarga yang kurang
mampu. Ayah saya bekerja sebagai tukang sayur. Ibu saya, kalau dibilang juga
berjualan sayur dengan Ayah saya. Semua terlihat biasa-biasa saja, sampai…
Ayah saya menyuruh saya untuk membawa sayur tersebut, dengan
mobil. Dan umur saya masih 12 tahun pada saat itu, ya paling tidak tahun 1995… Tentu saja, reaksi pertama orang-orang, jika
dibilang sangatlah buruk. Ayah saya dicemooh, karena mana ada di saat itu ada
anak-anak menyetir mobil? Tetapi saya tetap menikmatinya.
Umur 17, saya mendapatkan SIM, dan berkeinginan untuk membeli
mobil. Akan tetapi, karena keluarga saya kurang mampu… saya tahan dulu keinginan
untuk membeli mobil, dan mulai menggunakan pikap sayur tersebut.
Jika saya gambarkan, pikap sayur tersebut terlihat tidak
terlalu mencolok, bahkan biasa-biasa saja. Tetapi, karena ukurannya yang kecil,
pikap ini bisa berlari kencang.
Walhasil, di daerah sekitar tempat tinggal saya, mulailah
saya mengikuti balapan liar. Dan reaksinya? Tentu saja, banyak orang
menertawakan saya karena mobil pikap sayur tersebut.
Tetapi, saya tidak menyerah. Dan banyak orang yang tertipu oleh
penampilan mobil pikap sayur saya. Saya mampu mengalahkan beberapa mobil yang
terlihat lebih bagus dan lebih kencang dari mobil saya. Walhasil, banyak orang
menyebut saya “Shock Therapy”. Saya membalap selama 5 tahun, sampai suatu
ketika… Di saat balapan akan berlangsung (tahun 2005, umur saya pada saat itu
adalah 22), tiba-tiba polisi datang, dan tentu saja saya tertangkap, karena
shok duluan…
Saya ditangkap dan didenda, yang dendanya tersebut sangatlah
besar, bahkan pihak keluarga pun tidak bisa membayarnya!
Beruntung, saya dipertemukan dengan Tuan Ariadi, pereli
terkenal yang kebetulan juga mendengar kabar tentang saya. Saya masih mengingat
dialognya, ini saya putarkan…
Ariadi : “Bagaimana
kabarnya?”
Plonk : “Kacau sekali
pak. Oh tunggu sebentar.”
Ariadi : “Ada apa?”
Plonk : “Bapak Tuan Ariadi
kan?”
Ariadi : “Kok tahu saja
sih nama saya?”
Plonk : “TV Pak, Masa
gak tau sih, bapak kan pereli yang terkenal itu, yang menyabet 20 medali emas
lebih, bahkan bapak sendiri juga sempat direkrut oleh Tim Reli Internasional!”
Ariadi : “Nah benar
sekali!”
Melihat potensi saya, pada akhirnya di tahun 2006 saya pun
direkrut oleh pak Ariadi di JRT (Jusuf Racing Team, Jusuf itu nama depannya Ariadi)
dan menjadi pereli handal yang terkenal secara internasional. Dengan ini, saya
mampu mengangkat derajat keluarga, dan saya pun dikenal sebagai “Tukang sayur jadi
Pereli”.
Hidup saya berubah secara drastis. Saya menikahi wanita yang
juga menyukai otomotif, yang masih menemani saya sampai sekarang. Keluarga saya
pun juga menjadi lebih baik, yang dahulu kerja sebagai tukang sayur, sekarang
sudah menjadi pengusaha. Dan juga saya berterimakasih pada Tuhan YME, oleh
karenanya saya sekeluarga bisa menjadi begini.
Saya menjadi pereli selama 6 tahun (sekitar 2012), dan
setelah itu tidak lagi. Kenapa demikian? Pak Ariadi meninggal dunia dalam
kecelakaan tunggal. Saya pun sangat sedih dan shok atas kehilangannya.
Sepeninggal Pak Ariadi, JRT pun harus menjual asetnya karena tuntutan ekonomi
yang berat dan manajemennya tidak sanggup.
Bayangkan saja. Orang yang telah membantumu mengatasi kesulitan,
menemani hidupmu, dan memperbaikinya, telah pergi begitu saja. Tetapi, saya
tidak boleh menyerah.
Saya pertama mencoba mencari, dan mempelajari jenis-jenis
balapan mobil, ada Drift, Drag, Time Attack, Rally, Touring Car, Slalom, dan
Gymkhana. Saya pun memutuskan memilih drift, karena lebih menarik dibandingkan
reli. Di saat senggang ini lah saya menjadi tuner ternama di sebuah bengkel.
Saya pun mencoba bergabung dengan tim-tim drift, akan tetapi,
hampir semua menolak saya, karena berbagai alasan. Penuh lah, tidak ada
resource lah, tidak ada mobil lah, dan lain sebagainya.
Dan pada akhirnya, saya bertemu lagi dengan Arianto, anaknya
Ariadi. Saya dan Arianto membuat kesepakatan mengenai tim Drift baru yang
dinamakan MGKP. MGKP sendiri berasal dari nama
depannya Ariadi (Muhammad
Guntur) dan KP sendiri berasal dari nama saya, Komaruddin Pelang.
Bersama
beberapa karyawan eks JRT, kita pun merintis kembali bengkel dan workshop yang
dulunya ramai sekali.
Merinitis kembali usaha bengkel ini, tidaklah mudah. Kita
harus melakukan buyback aset-aset yang telah kita jual sebelumnya (bahkan
beberapa mobil koleksi MG Ariadi harus dijual!), dan merenovasi tempat bengkel
tersebut.
Dan satu lagi. Mobilnya. Di saat bengkel itu berdiri lagi,
kita hanya punya 5 mobil saja. Dan tiba-tiba saja saya teringat mobil pikap
sayur yang sudah tidak dipakai lagi semenjak menjadi wirausahawan, mengapa kita
tidak jadikan mobil drift saja?
Proses perombakan mobil pikap sayur ini memakan waktu yang
agak lama. Terlebih untuk mesinnya sendiri harus diistirahatkan karena tidak
akan kuat. Dilakukanlah proses penggantian mesin menjadi mesin 4G63, dikarenakan
mesin ini memiliki potensi yang tinggi, dan mesin ini tidak dijual disaat aset
yang lain dijual.
Pada akhirnya, kita mampu bangkit lagi setelah 2 tahun terlibat
masalah dan kesulitan yang ada. Sekarang, MGKP Garage memiliki banyak karyawan
dan bangkit menjadi team drifter Indonesia ternama.
Cerita ini
hanya fiktif belaka. Kesamaan, entah itu plot, nama karakter, dan lainnya,
dianggap sebagai ketidaksengajaan semata!
Komentar
Posting Komentar